Semangat Penyandang Tunanetra di Banyuwangi Tingkatkan Ibadah dengan Tadarus Alquran Braille

- Sabtu, 1 April 2023 | 09:49 WIB
Penyandang Tunanetra Banyuwangi semangat tingkatkan Ibadah di Bulan Ramadhan (Hariyadi)
Penyandang Tunanetra Banyuwangi semangat tingkatkan Ibadah di Bulan Ramadhan (Hariyadi)

KABAR RAKYAT - Keterbatasan fisik tak menghalangi penyandang tunanetra untuk meningkatkan ibadah di Bulan Suci Ramadhan. Salah satunya bertadarus Alquran.,tentu Al-quran yang digunakan berbeda dari biasanya. Mereka menggunakan Al-quran Braile.

Tadarus Al-quran Braile itu berlangsung di Pondok Pesantren ABK KH. Ahmad Dahlan, Kelurahan Tamanbaru, Banyuwangi. Hampir setiap hari tak kurang dari 5 orang tuna netra yang ikut tadarusan di ponpes ini. Kali ini, ada belasan yang ikut. Mereka mulai dari usia remaja hingga usia dewasa.

Pengasuh Ponpes ABK Ahmad Dahlan, Adfal Fadholi (60) mengatakan di Ponpes ini total ada 27 santri. Ada 3 santri tuna netra. Sisanya adalah anak hyperaktif, autis dan tuna grahita.

Baca Juga: Tahun ini Pemkab Banyuwangi Fasilitasi Delapan Bus dan Dua Truk Angkutan Mudik Lebaran Gratis dari Bali

"Terkadang tuna netra dari sejumlah SLB di Banyuwangi ikut datang dan tadarusan di ponpes kami," ucap Afdal, Jum’at (31/03/2023)

Afdal mengaku selama bulan Ramadhan tadarus Al-quran Braile menjadi rutinitas yang dilakukan setiap sore. Hal ini dilakukan agar para santri tidak lupa sekaligus untuk melatih jemarinya agar tetap peka dalam meraba huruf-huruf braile. Sebab pembacaan dengan metode Al-quran Braile kini sudah mulai berganti menggunkan Al-quran digital yang dipelajari via audio.

"Kalau tidak lagi dilakukan jari-jarinya jadi tidak peka nanti, sehingga khawatirnya lupa ketika membaca lagi," ujarnya.

Sebelum belajar membaca, melatih kepekaan jari adalah langkah awal yang harus dilakukan. Baru setelahnya mengenal huruf dan mulai melafalkannya. Pada titik itu, para pengajar harus benar-benar telaten. Sebab setiap santri mempunyai kemampuan berbeda-beda dalam memahaminya, ada yang cepat, ada pula yang lambat.

"Kadang ada yang kurang peka jarinya sehingga agak lambat dalam memahami," beber pria yang sudah berpengalaman mengajar ABK sejak tahun 1984 ini.

Sementara itu salah satu Qori, Eko Prasetyo mengaku sudah belajar Al-quran braile sejak umur 14 tahun. Kini di usianya yang ke 27 ia pun sudah fasih dan mahir. Bahkan beberapa waktu lalu dia menjadi juara 1 lomba MTQ tingkat Provinsi Jawa Timur.

"Konsisten belajar, saat ini sudah tidak ada kesulitan saat membacanya," kata Eko.***

 

Editor: Hariyadi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Membentuk Karakter Religius dengan Asmaul Husna

Jumat, 10 Maret 2023 | 15:25 WIB
X