KABAR RAKYAT - Gejolak harga cabai naik di daerah Jawa Timur, jelang Idul Adha 1443 H menjadi perhatian Gubernur Khofifah Indar Parawansa. Iapun mengklaim telah lakukan upaya kongkrit untuk stabilkan harga cabai di pasaran.
Upaya pemerintah Provinsi, jelas Gubernur Jawa Timur, mengamati harga cabai naik di pasaran, dan koordinasi Asosiasi Petani Cabai Indonesia (APCI) di Kabupaten Kediri.
Dua penyebab harga cabai rawit naik di pasaran, yakni: Pertama, pengaruh cuaca curah hujan tinggi menyebabkan tanaman diserang penyakit. Berdampak penurunan produksi dan jadwal tanam cabai mundur.
Di daerah dataran rendah, seharusnya penanaman cabai dilakukan April 2022. "Namun karena curah hujan yang masih tinggi, akhirnya menyebabkan berkurangnya luas tanam,” kata Gubernur Khofifah, Selasa, (7/6).
Baca Juga: Kemenag Buka Pendaftaran Empat Program Beasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam
Tidak hanya ancaman hujan, penyebab kedua ialah serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) terhadap komoditas cabai. Seperti hama lalat buah, trips, dan kutu kebul, dan lainnya.
Lima kabupaten produsen cabai besar tertinggi tahun 2021 di Jawa Timur antara lain, Kabupaten Malang, Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, Kabupaten Banyuwangi, dan Kabupaten Probolinggo.
Menurutnya, perkembangan komoditas cabai besar pada Januari-Maret 2022 yaitu luas tanam mencapai 2.525 hektare dengan produksi mencapai 33.350 ton dan konsumsi sebesar 17.082 ton/kapita/tahun.
Melihat angka tersebut, maka produksi cabai besar masih surplus 16.268 ton. Selanjutnya, pada bulan April sebesar 63% dan prognosa pada Mei menunjukkan luas tanam cabai besar sebesar 1.285 hektare dengan sasaran produksi sebesar 11.892 ton sehingga diperkirakan mendapatkan surplus sebesar 503 ton.
Artikel Terkait
Diskoperindag Bondowoso Pantau Harga Cabai
Petani Lumajang Senang Harga Cabai Rawit Naik
Warga Sarimulyo Amankan Pencuri Cabai Siap Panen
Harga Cabai dan Bawang Merah di Banyuwangi Terus Merangkak Naik