Sastra 'Daging', 'Bakso', dan 'Sate Kambing'

- Selasa, 9 November 2021 | 20:27 WIB
Moh. Husen / Koleksi Pribadi
Moh. Husen / Koleksi Pribadi

Oleh: Moh. Husen*

KABAR RAKYAT, EMBONGAN - Semenjak adanya internet dan media sosial, para pecinta sastra bisa lebih leluasa untuk menuangkan karyanya sesuai dengan dirinya sendiri. Mereka tidak lagi terikat oleh editor dan pimpinan redaksi.

Karya mereka juga sah. Karya mereka adalah karya, meskipun andai tak ada yang mengakuinya sebagai karya. Mereka sangat memungkinkan menemukan format karya sastra yang baru, yang tak pernah ada dalam rumusan sastra yang telah ada.

Sekali lagi, memungkinkan. Bukan memastikan. Karena yang kita temukan kemarin, bisa keliru hari ini. Dan yang dianggap keliru hari ini, bisa baru disadari sebagai kebenaran pada seribu tahun mendatang.

Baca Juga: BPJamsostek Banyuwangi Jalin Kerjasama Dengan HIMPAUDI Tentang Penyelenggaraan Jamsostek

Tuhan saja bisa dianggap "salah" dan "tidak ada" oleh orang pandai. Bahkan orang yang hari ini sebegitunya percaya kepada Tuhan, besok bisa jadi tidak percaya. Demikianlah gambaran ragam penilaian manusia, bahkan penilaian terhadap Tuhan.

Seseorang yang bergelut dengan dunia sastra sejak muda hingga tua, bisa tidak diakui sebagai bukan pelaku sastra hanya karena ia menampilkan "bakso" sedangkan yang lainnya menyuguhkan "sate kambing" dalam meja makan sastra.

Yang namanya baca puisi "sate kambing" itu pakai bahasa Indonesia. Kalau ada orang baca puisi pakai "bakso" bahasa Inggris, orang jadi ragu-ragu: ini puisi apa bukan ya, kok tidak kayak biasanya?

Baca Juga: Liga 3 Jatim 2021: Jalani Laga Perdana, Persewangi Banyuwangi Menang Atas Persekapro Probolinggo

Apalagi kalau campur bahasa Indonesia dan Inggris dan Arab dan Jawa. Orang akan bergumam: ini penyair apa penceramah sih, kok ada bahasa Arabnya?

Sastra itu sebuah "daging" ruh keindahan yang bisa dimanifestasikan sebagai "sate kambing" atau "bakso" dan lain-lain.

Terkadang kita lebih mengenal "sate kambing" atau "bakso" daripada mengenal "daging", sehingga kita gampang meremehkan hal-hal baru dalam perkembangan dunia sastra.

Baca Juga: Anggota BPD Dan Perangkat Desa di Banyuwangi Belum Tercover BPJS , Fraksi PKB Surati Bupati dan Ketua DPRD

Prolog tersebut diatas merupakan pintu masuk atau pengantar saja untuk milad ketiga komunitas Selapanan Sastra di Muncar Banyuwangi pada 13 November 2021, yang semoga akan semakin mendewasa.

Halaman:

Editor: Moh. Husen

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Pesan Sang Guru

Kamis, 25 November 2021 | 01:50 WIB

Membaca Selain Teks

Kamis, 18 November 2021 | 18:53 WIB

Sastra 'Daging', 'Bakso', dan 'Sate Kambing'

Selasa, 9 November 2021 | 20:27 WIB

LSM dan Pelawak

Jumat, 5 November 2021 | 22:11 WIB

Membicarakan Pemuda

Jumat, 29 Oktober 2021 | 01:47 WIB

Alhamdulillah, Ada Orang Protes

Minggu, 24 Oktober 2021 | 23:06 WIB

Berjalan Satu Langkah

Selasa, 19 Oktober 2021 | 17:27 WIB

Prepare Maulid Nabi

Sabtu, 9 Oktober 2021 | 22:29 WIB

Pancasila Falsafah Pemersatu Bangsa

Jumat, 1 Oktober 2021 | 17:58 WIB

Senyummu Lambang Surgamu

Rabu, 15 September 2021 | 14:00 WIB

Dari Gula Menuju Manis

Senin, 6 September 2021 | 19:09 WIB

Podium Hebat

Minggu, 5 September 2021 | 00:31 WIB

Deadline Day, Bagian Lain Dari Kepanikan Di Sepakbola

Jumat, 3 September 2021 | 06:29 WIB
X