KABAR RAKYAT (Artikel) - Selarik peristiwa hebat bersejarah Indonesia pernah terjadi di bulan Ramadhan, termasuk dialami oleh Presiden Pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno. Berpenampilan mempesona dengan khas peci hitamnya, beliau kerap mengambil kebijakan penting di dalam bulan suci Ramadhan.
Dalam buku Bung Karno berjudul: Penyambung Lidah Rakyat, Soekarno mengaku mengenal agama Islam sejak berguru kepada HOS Tjokroaminoto. Barulah pada masa pengasingan di penjara, dirinya memantapkan diri sungguh-sungguh mengamalkan ajaran Islam.
“Aku menemukan sendiri agama Islam dalam usia 15 tahun, ketika aku menemani keluarga Haji Oemar Said Tjokroaminoto”. Tulis Bung Karno.
Tentu sebagai muslim yang taat atas ajaran agama Islam, selama Ramadhan Soekarno selalu menjalankan kewajiban berpuasa. Dan penulis sarikan sejumlah kejadian besar bangsa ini mengiringi jejak hidup sang Proklamator di bulan yang penuh kemuliaan ini.
Membacakan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
Hari kesembilan Ramadhan 1365 Hijriyah atau bertepatan tanggal 17 Agustus 1945 menjadi ‘point of view’ sejarah bagi Soekarno maupun seluruh rakyat Indonesia. Di depan rumahnya yang berlokasi di Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta, sang orator ulung itu pertama kali membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Sudiro Sekretaris pribadi Sukarno, dalam buku ‘Pengalaman Saya Sekitar 17 Agustus 1945’ menuliskan suasana detik-detik proklamasi. “Hari Jumat di dalam bulan puasa tersebut Bung Karno kering dan panas,” ujar Sudiro.
Baca Juga: Fiqrul Rois Dapatkan Penghasilan Jutaan Rupiah Hanya Bermodalkan Hal Ini…
Meski suhu tubuh beliau mencapai 40 derajat celcius karena terserang malaria, Soekarno tetap menjalankan ibadah puasa dan memproklamirkan kemerdekaan Indonesia dengan percaya diri.
Mengesahkan UUD 1945 dan diangkat jadi Presiden RI pertama
Sehari setelah memproklamasikan kemerdekaan, Sukarno bersama Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menggelar sidang. Dalam agenda sidang PPKI yang digelar pada hari ke-10 Ramadan itu, Sukarno mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45) sebagai dasar negara Indonesia.
Di hari yang sama, dia resmi diangkat sebagai Presiden RI pertama. Maka tak ayal sudah dapat dipastikan hal-hal tersebut diatas tidak bisa lepas dari pilihan gerak langkah Soekarno dengan atmosfer dunia ulama’ Nusantara.
Sejarah juga mencatat, seluruh komponen pejuang kemerdekaan Indonesia tidak ingin melepaskan diri dari peran para ulama di pesantren.
Hal ini dibuktikan ketika para pejuang nasionalis seperti Ir. Soekarno, Jenderal Soedirman, Bung Tomo, dan lainnya selalu berisilaturahim untuk meminta petunjuk (sowan, read) ke Rais Akbar Nahdlatul Ulama KH. Muhammad Hasyim Asy’ari untuk memutuskan segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan bangsa dan negara.