Hasil Tangkapan Ikan Lemuru di Banyuwangi Menurun 15 Persen, Pabrik Sarden Import Ikan dari India

- Kamis, 16 Maret 2023 | 10:19 WIB
Perikanan tangkap khususnya ikan lemuru di Banyuwangi menurun 15 persen (Hariyadi)
Perikanan tangkap khususnya ikan lemuru di Banyuwangi menurun 15 persen (Hariyadi)

KABAR RAKYAT - Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Banyuwangi mengalami penurunan hingga 15 persen setelah perairan Selat Bali beberapa tahun terakhir ini mengalami paceklik khususnya ikan lemuru

Menurunnya tangkapan ikan lemuru membuat suplai ke sejumlah pabrik sarden di Banyuwangi berkurang imbasnya banyak pabrik yang mengimpor ikan dari India untuk memenuhi kuota produksi.

Kepala Dinas Perikanan Banyuwangi, Alief Kartiono mengatakan penurunan dirasakan sejak tahun 2019 hingga saat ini.Dimulai sejak pandemi, yakni selama 2019 hingga 2021. Kala itu pergerakan nelayan di Muncar benar-benar terbatas. Sempat ada harapan saat tahun 2022, atau setelah pandemi mereda. Tetapi di tahun itu justru Banyuwangi dilanda cuaca ekstrim.

Baca Juga: Bank Indonesia Gelar ‘Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan’ di Banyuwangi

"Sejak september dilanda cuaca ekstrim, seperti La Nina, sekarang dilanjut angin Muson dari Australia. Itu mengganggu aktivitas nelayan, tangkapan menurun 15 persen," ucap Alief,Rabu (15/03/2023)

Faktor lainnya adalah karena laut Selat Bali yang sudah tercemar. Plankton sebagai makanan utama ikan hampir musnah di Selat Bali. Sehingga ikan-ikan banyak yang bermigrasi.Sekarang, musimnya ikan bermigrasi ke laut India. Disana cuaca tengah membaik sehingga sangat menguntungkan bagi nelayan yang ada disana.

"Karena kondisi di Selat Bali yang sudah crowdit. Menurut beberapa penelitian karena memang sudah tercemar. Biasanya di jarak12 mil itu mudah ditemui sekarang  ini sulit," ujar Alief.

Ditanyai prosentase impor ikan, Alief mengaku tidak mengetahui pasti. "Kami tidak punya data konkret, data konkretnya ada di perdagangan. Kami hanya dapat informasi dari nelayan," pungkasnya.

Baca Juga: Bupati Banyuwangi,Ipuk Fiestiandani Luncurkan ‘’Kampung Cerdik”, Program Pencegahan PTM Berbasis Desa

Sementara itu, Owner Pengalengan Ikan Pasific Harvest, Aminoto membenarkan adanya trend impor tersebut. Menurutnya hal ini karena tangkapan ikan lokal tidak mampu mencukupi kebutuhan produksi.

"Impornya 10-20 persen. Ikan yang diimpor jenis lemuru," kata Aminoto.

Sebetulnya, lanjut Aminoto, kondisi ini juga memberatkan bagi pelaku usaha. Harga impor lebih mahal, sementara penjualan produk tidak bisa dinaikkan.

Disatu sisi bila tidak impor pabrik otomatis stop produksi. Karyawan akan menganggur. Kerugian juga akan lebih besar.

"Harga lokal sekitar Rp 10 ribu sementara impor Rp 12 ribu. Kadang-kadang rugi. Karena kami tidak bisa serta merta menaikkan harga jual," ujarnya.***

Halaman:

Editor: Hariyadi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X